Awalnya tari Gambyong ditujukan untuk acara ritual penghormatan kepada Dewi Sri atau Dewi Padi, sebagai bentuk syukur atas melimpahnya hasil panen. Terkait kepemilikan tari, mulanya tarian ini dimiliki oleh rakyat, tetapi menjadi tarian milik Keraton Mangkunegara setelah dibakukan struktur gerakannya.
Tarian ini sudah ada sejak zaman dahulu dan mulai ditampilkan di lingkungan Istana Mangkunegaran pada era 1916-1944. Gambyong menjadi terkenal karena gerakan yang halus dan anggun sehingga membuat kagum penonton yang melihat.
Fungsi Tari Gambyong
Tujuan dari tarian Gambyong adalah untuk kesuburan serta agar mendapatkan panen yang melimpah. Menurut tradisi dari Jawa Timur dan Jawa Tengah, tari Gambyong adalah bentuk penghormatan untuk Dewi Sri sebagai suatu simbol kesuburan.
Properti Tari Gambyong
Tari Gambyong menggunakan beberapa properti seperti sampur, kain jumputan, kain jarik, stagen, kamisol, sanggul, dan aksesoris atau perhiasan.
Pola Lantai Tari Gambyong
Tari Gambyong Sebagai Tari Tunggal
Sebagai tari tunggal, pola lantai tari gambyong didominasi oleh garis lurus. Penari akan bergerak ke kanan dan ke kiri untuk memaksimalkan luas panggung, serta maju mundur untuk menciptakan harmonisasi gerakan.
Umumnya penari gambyong bergerak sambil mengibaskan selendang atau sampur. Penari akan bergeser dengan gerak mendatar sambil menggerakan tangan yang disebut ukel. Ukel adalah gerakan memutar pada pergelangan tangan yang berlawanan dengan arah jarum jam.
Tari Gambyong Sebagai Tari Kelompok
Pola lantai tari gambyong yang dilakukan secara berkelompok lebih kompleks karena seluruh penari harus terlihat dan tidak boleh bertabrakan. Karena ada properti selendang, maka ketika penari bergeser, selendang yang dikibaskan tidak boleh tercantol penari lain.
Pola tari yang dilakukan cukup lengkap dari garis lurus dan lengkung. Garis lengkung yang banyak dilakukan adalah melingkar sambil melakukan gerakan tari dengan selendang. Sedangkan ketika mengubah pola lantai, biasanya penari sambil melakukan ukel.
Oleh: M. Arifin Ilham
Posting Komentar