Asal Tari Piring
Pertunjukan tari selalu menjadi daya tarik dari suatu daerah, tak terkecuali tari piring. Tari piring berasal dari Sumatera Barat dan sering dijadikan sebagai ajang promosi dan pariwisata di kebudayaan Indonesia.
Tari piring adalah tarian tradisional Minangkabau yang menampilkan atraksi menggunakan atribut piring. Secara tradisional tari ini berasal dari Solok, Sumatra Barat.
Dilansir dalam Kementerian Luar Negeri, tari piring dipopulerkan oleh Huriah Adam. Sama seperti halnya tari saman, pendet dan jaipong, tari piring juga dijadikan sebagai penyambutan tamu terhormat atau pembukaan upacara adat.
Gerakan tari piring
Tari piring juga disebut dengan tari kelompok yang dibawakan lebih dari dua penari. Ciri khas dari tari piring adalah para penari membawa piring di kedua tangannya, dengan permukaan piring menghadap ke luar. Tari piring ditarikan dengan gerakan-gerakan yang dinamis, lincah, energik dan bahkan terkesan akrobatik karena sering menampilkan gerakan-gerakan yang sulit.
Mengutip dalam buku 'Seni dan Budaya' karya Harry Sulastianto, dkk, gerakan-gerakan yang terdapat dalam Tari Piring antara lain gerak batanam (bertanam), gerak manyabik (menyabit), gerak mengirik (mengirik padi), dan gerak baguliang (berguling).
Gerakan-gerakan tersebut merupakan gambaran peristiwa kegiatan masyarakat dalam bekerja. Tari piring diiringi oleh musik tradisional yang disebut talempong. Musik talempong terdiri atas enam buah talempong, satu buah gong kecil, satu buah tambua, satu buah botol dan sejenis kerincing.
Alat-alat tersebut dibunyikan dengan cara dipukul dengan alat pemukul yang disebut panokok, kecuali tambua yang dipukul dengan tangan dan kerincing yang dipukulkan ke tangan.
Sejarah tari piring
Menurut laman Kemendikbud, tari piring diperkirakan sudah ada sejak abad ke-12. Saat itu, masyarakat Minangkabau masih menyembah dewa-dewa. Awalnya, tari piring ini dijadikan untuk pemujaan masyarakat Minangkabau terhadap Dewi Padi atas hasil panen.
Fungsi tari piring
Namun, kedatangan agama Islam membawa perubahan pada kepercayaan dan konsep tari ini. Kini tari piring tidak lagi dipersembahkan kepada dewa-dewa, tetapi justru dilakukan sebagai sarana hiburan seperti acara pernikahan atau upacara
Pola lantai tari piring
Tari piring dilakukan dengan pola garis lintasan tarian. Ada sekitar enam pola lantai dalam tarian ini yaitu spiral, baris, lingkaran besar, lingkaran kecil, vertikal dan horizontal. Masing-masing penari juga membentuk pola lantai bergerak maju dan mundur berdasarkan pola lantai vertikal dan bergerak ke samping dengan pola lantai horizontal.
Jumlah penari tari piring umumnya berjumlah ganjil yang terdiri dari tiga sampai tujuh orang. Penari mengenakan pakaian adat berwarna cerah dengan nuansa merah dan kuning keemasan lengkap dengan tutup kepala.
Oleh: Naja Dzofir F.
Posting Komentar